Bukit Batu Runcing, Spot Sunrise Tersembunyi dengan Nuansa Mistis

Bukit Batu Runcing: Hidden Gem Eksotis di Lampung Barat

Bukit Batu Runcing Awalnya, aku tidak pernah mendengar nama Bukit Batu Runcing. Tapi suatu hari, temanku dengan semangat bercerita tentang pemandangan indah dan tantangan trekking yang katanya bikin nagih. Aku langsung penasaran. Jujur aja, aku suka banget sama tempat-tempat hidden gem yang belum terlalu mainstream.

Travel Dari situ, aku mulai browsing, nonton video perjalanan, sampai stalking Instagram orang-orang yang pernah ke sana. Ternyata, tempat ini emang secantik itu! Letaknya di daerah Lampung Barat, lebih tepatnya di Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Sebuah kawasan perbukitan yang dihiasi batu-batu runcing menjulang ke langit. dan Alamat nya beerada di Desa Tembelang, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, Indonesia. Kode Pos: 34891

Persiapan Sebelum Mendaki Bukit Batu Runcing

Sebelum berangkat, aku pastikan semua perlengkapan outdoor sudah lengkap. Sepatu trekking, jaket ringan, tenda, logistik makanan, sampai air minum nggak boleh ketinggalan. Karena medannya menanjak dan cukup curam, aku juga bawa trekking pole buat jaga-jaga.

Satu hal yang aku pelajari dari pengalaman sebelumnya: jangan anggap remeh bukit yang terlihat kecil dari kejauhan. Justru yang keliatannya sederhana, biasanya yang paling mengecoh. Dan benar aja, Bukit Batu Runcing ini bukan untuk pemula yang nggak siap fisik. Tapi ya, tantangannya justru itu yang bikin seru!

Bukit Batu Runcing, Spot Sunrise Tersembunyi dengan Nuansa Mistis

Perjalanan Menuju Lokasi yang Bikin Deg-degan

Untuk sampai ke lokasi pendakian, aku dan tim harus naik motor sekitar 2 jam dari pusat kota Liwa. Jalanannya naik turun, kadang berbatu, dan di beberapa titik bahkan sempit banget. Aku sempat mikir, “Ini beneran bisa dilewatin motor?” Tapi, ternyata warga sekitar udah biasa lewat sini, dan mereka ramah banget.

Di tengah perjalanan, kami disambut hijaunya hutan dan udara yang sejuk. Meski harus ekstra hati-hati, pemandangan sekitar bikin mata segar. Banyak monyet bergelantungan di pohon, bahkan burung-burung langka terdengar kicauannya dari kejauhan. Rasanya kayak masuk ke dunia lain.

Trekking Dimulai: Semangat Tapi Deg-degan

Begitu sampai di titik awal pendakian, kami disambut dengan jalur tanah merah dan semak yang cukup tinggi. Aku sempat ragu, karena belum ada papan petunjuk atau jalur yang benar-benar jelas. Untungnya, ada warga lokal yang bersedia jadi pemandu. Namanya Bang Yadi. Orangnya ramah dan penuh cerita. Katanya, Bukit Batu Runcing dulunya sering dijadikan tempat bertapa karena dianggap sakral oleh masyarakat setempat.

Trek awal lumayan landai, tapi makin lama makin menanjak dan batu-batu besar mulai bermunculan. Aku harus sering-sering berhenti buat atur napas. Tapi anehnya, tiap kali mau nyerah, selalu ada motivasi dari pemandangan sekitar yang luar biasa indah. Apalagi waktu kabut mulai turun perlahan, suasananya jadi mistis tapi adem.

Puncak Bukit yang Menantang Adrenalin

Setelah mendaki sekitar 2 jam, kami sampai di titik yang paling menantang: puncaknya yang berbatu runcing. Beneran runcing, bukan sekadar nama. Batu-batu itu menjulang dan runcing ke atas seperti gigi naga. Untuk mencapai puncaknya, kita harus benar-benar fokus dan hati-hati. Satu langkah salah bisa fatal.

Aku sempat ragu naik sampai ke atas. Tapi Bang Yadi bilang, “Nyesel kalau udah sampai sini tapi nggak naik.” Jadi, aku nekatin diri. Dan ternyata… wow! Dari atas, aku bisa lihat hamparan hutan, bukit-bukit lain, bahkan Danau Ranau di kejauhan. Anginnya kencang tapi segar, dan sensasi berdiri di puncak batu runcing itu luar biasa banget. Rasanya kayak berhasil menaklukkan rasa takut sendiri.

Bukit Batu Runcing, Spot Sunrise Tersembunyi dengan Nuansa Mistis

Menginap di Kaki Bukit: Malam yang Damai

Setelah puas menikmati puncak, kami turun dan mendirikan tenda di area datar dekat kaki bukit. Tempatnya cukup luas buat 3-4 tenda, dan dikelilingi pohon besar yang bikin suasananya adem banget. Malam itu kami masak mi instan, ngobrol sambil minum kopi, dan menikmati langit penuh bintang. Jauh dari keramaian kota, aku merasa benar-benar damai.

Yang unik, sekitar jam 1 malam, aku terbangun karena suara burung hantu dan suara-suara binatang liar. Awalnya agak takut sih, tapi karena bareng-bareng, rasa takut itu berubah jadi rasa penasaran. Kami cuma diam sambil mendengarkan alam berbicara. Aneh tapi menenangkan.

Tips Penting Buat Kamu yang Mau ke Sini

Nah, buat kamu yang kepikiran pengin ke Bukit Batu Runcing, aku mau share beberapa tips yang menurutku penting banget:

  1. Persiapkan fisik. Jangan nekat kalau belum terbiasa hiking. Latihan ringan sebelum naik bisa bantu banget.

  2. Bawa perlengkapan secukupnya. Jangan bawa terlalu banyak, tapi pastikan kamu punya alat dasar seperti senter, raincoat, dan P3K.

  3. Gunakan sepatu yang punya grip bagus. Karena jalur berbatu dan bisa licin kalau habis hujan.

  4. Sewa guide lokal. Ini wajib sih menurutku, selain untuk keamanan, kamu juga bisa dapet insight lokal yang nggak ada di Google.

  5. Jangan buang sampah sembarangan. Ini klasik, tapi masih sering diabaikan. Bukit ini masih alami dan bersih. Yuk, kita jaga bareng.

Hal-Hal yang Bikin Aku Kangen Tempat Ini

Yang paling membekas dari pengalaman ini bukan cuma pemandangannya, tapi suasana keseluruhan. Ada semacam keheningan yang bikin aku merasa lebih dekat dengan diriku sendiri. Banyak waktu untuk merenung, jauh dari distraksi HP dan sosial media.

Aku juga merasa bersyukur banget bisa melihat sisi Indonesia yang kadang terabaikan. Kita punya alam yang luar biasa, tapi sering kali terlalu fokus ke destinasi mainstream. Padahal, tempat seperti Bukit Batu Runcing ini justru yang membawa pengalaman paling jujur dan menyentuh hati.

Pelajaran Berharga dari Petualangan Ini

Dari semua yang aku alami, aku belajar kalau tantangan fisik dan mental itu bisa terasa lebih ringan kalau dijalani bareng teman-teman yang satu frekuensi. Selain itu, jangan remehkan insting. Di beberapa titik, aku sempat ragu untuk melanjutkan, tapi rasa penasaran dan tekad bikin aku terus maju.

Alam juga mengajarkan kita tentang batas. Bahwa ada saatnya kita harus berani mundur, tapi ada juga saatnya kita perlu ambil risiko. Bukit Batu Runcing buatku jadi semacam simbol bahwa keindahan sejati seringkali tersembunyi di balik usaha yang nggak mudah.

Bukit Batu Runcing, Spot Sunrise Tersembunyi dengan Nuansa Mistis

Kembali ke Kota dengan Hati yang Penuh

Setelah dua hari satu malam di Bukit Batu Runcing, rasanya sulit banget buat pulang. Tapi hidup kan terus berjalan ya. Saat kembali ke kota, aku bawa bukan cuma foto-foto keren, tapi juga perasaan tenang yang langka banget aku dapat dari tempat lain.

Dan yang paling penting, aku jadi makin sadar bahwa petualangan bukan soal seberapa jauh kita pergi, tapi seberapa banyak kita bisa belajar dari perjalanan itu. Bukit Batu Runcing bukan sekadar destinasi. Ia adalah guru yang mengajarkan kesabaran, keberanian, dan rasa syukur.

Apakah Aku Akan Kembali ke Bukit Batu Runcing?

Jawabannya, ya. Suatu hari nanti, aku ingin kembali—mungkin dengan teman-teman baru atau bahkan solo trip. Aku ingin melihat apakah tempat itu masih seindah yang aku ingat, dan apakah aku bisa menemukan versi diriku yang baru di sana.

Jadi buat kamu yang lagi cari petualangan yang autentik, penuh tantangan tapi juga bermakna, Bukit Batu Runcing bisa jadi pilihan yang nggak akan kamu sesali. Siapkan dirimu, buka hatimu, dan biarkan alam yang bicara.
Baca Juga Artikel Berikut: Jembatan Akar: Pengalaman Unik di Alam Minangkabau