Pernahkah kamu merasakan sensasi menatap lelehan keju hangat yang perlahan menetes di atas kentang rebus dan daging asap sambil menikmati suasana dingin di pegunungan? Jika belum, izinkan aku memperkenalkanmu pada salah satu pengalaman kuliner paling menggoda dari Swiss: Raclette.
Pertama kali aku mencicipinya, suasananya begitu sempurna—malam musim dingin di Zurich, dengan salju turun lembut di luar jendela. Di tengah restoran kayu yang hangat, seorang pelayan datang membawa setengah roda keju besar yang diletakkan di atas alat pemanas logam. Saat bagian permukaan kejunya mulai meleleh, dia perlahan menggesernya hingga lelehan itu jatuh menutupi kentang, acar, dan potongan roti panggang. Aroma gurihnya menyeruak, membuatku paham kenapa Kuliner ini disebut comfort food sejati dari Swiss.
Asal-Usul Raclette: Dari Petani ke Piring Mewah

Raclette bukanlah makanan modern. Sejarahnya panjang, sederhana, dan penuh kehangatan. Kata “Kuliner ini” sendiri berasal dari bahasa Prancis “racler,” yang berarti “mengikis” atau “menggores.” Nama ini menggambarkan cara tradisional menyajikan keju tersebut—dilelehkan di satu sisi, lalu dikikis ke piring Cookpad.
Ratusan tahun lalu, para gembala di Pegunungan Alpen Swiss membawa keju keras ini saat mereka menggembalakan sapi di dataran tinggi. Saat malam tiba dan udara menjadi dingin, mereka menyalakan api unggun, menaruh potongan keju di dekat bara api, dan ketika permukaannya meleleh, mereka mengikisnya ke atas roti atau kentang rebus. Sederhana, tapi hangat dan mengenyangkan. Dari situlah tradisi Kuliner ini lahir.
Kini, Kuliner ini telah menjelma menjadi hidangan nasional Swiss yang juga populer di Prancis, Jerman, hingga Kanada. Namun meskipun sudah modern, filosofi kehangatannya tetap sama—makan bersama, berbagi, dan menikmati momen dengan orang-orang terdekat.
Jenis Keju Raclette dan Ciri Khasnya
Secara umum, keju Kuliner ini terbuat dari susu sapi mentah yang dipasteurisasi. Teksturnya semi-keras dengan warna kekuningan dan aroma khas susu segar yang kuat. Saat dilelehkan, keju ini tidak menggumpal seperti mozzarella, melainkan mencair perlahan dengan konsistensi lembut dan lengket—pas untuk disiram di atas makanan lain.
Beberapa jenis Raclette terkenal antara lain:
Raclette du Valais (Swiss Asli)
Inilah versi asli dari Swiss yang memiliki label AOP (Appellation d’Origine Protégée), semacam sertifikat keaslian geografis. Rasanya gurih, sedikit manis, dan punya aroma khas rumput Alpen yang menjadi pakan alami sapi di daerah itu.Raclette de Savoie (Prancis)
Varian dari wilayah Savoie di Prancis ini lebih lembut dan aromanya lebih ringan. Cocok untuk mereka yang baru pertama kali mencoba.Raclette fumée (Smoked Raclette)
Versi yang diasapi, memberi rasa smoky yang menggoda dan cocok untuk penggemar aroma panggangan.Raclette aux poivres (dengan lada hitam)
Versi modern dengan tambahan butiran lada hitam di dalam kejunya, memberikan sentuhan pedas halus saat dilelehkan.
Bagaimana Cara Menyajikan Raclette Tradisional
Menyantap kuliner ini bukan sekadar soal rasa—ini adalah ritual sosial. Dalam tradisi Swiss, Kuliner ini biasanya disajikan untuk makan malam bersama keluarga atau teman pada musim dingin. Semua orang duduk mengelilingi meja dengan alat pemanas Kuliner ini di tengahnya. Di atasnya, potongan keju diletakkan untuk dilelehkan, sementara di piring sudah tersedia bahan pelengkap seperti:
Kentang rebus (biasanya jenis Charlotte atau Bintje)
Acar mentimun kecil (cornichons)
Bawang acar
Daging asap atau ham
Roti kering
Sayuran rebus seperti brokoli atau wortel
Setelah kejunya meleleh, setiap orang menuangkannya ke piring masing-masing. Tidak ada aturan baku—semua dilakukan dengan santai sambil berbincang, tertawa, dan menikmati momen bersama.
Bagi orang Swiss, kuliner ini bukan sekadar makanan, melainkan pengalaman kebersamaan. Itulah mengapa kuliner ini sering hadir di perayaan Natal, Tahun Baru, atau acara keluarga.
Raclette Modern: Dari Api Unggun ke Meja Elektronik
Di zaman modern, tradisi kuliner ini beradaptasi dengan teknologi. Kini ada alat bernama Raclette Grill, semacam pemanas listrik dengan dua tingkat: bagian atas untuk memanggang bahan tambahan seperti daging, jamur, atau paprika; dan bagian bawah untuk melelehkan potongan keju dalam mini pan kecil.
Bentuknya praktis dan cocok untuk digunakan di rumah. Banyak keluarga Eropa menjadikan Kuliner ini sebagai kegiatan malam minggu yang hangat—tidak perlu ke restoran, cukup siapkan bahan dan alat, lalu nikmati malam panjang sambil menonton film atau berbincang.
Menariknya, konsep ini mulai populer juga di Asia, termasuk Jepang dan Korea Selatan. Bahkan beberapa kafe modern di Jakarta dan Bali kini menyajikan menu kuliner ini dengan gaya fusion—disiram di atas steak, ayam goreng, atau bahkan nasi keju bakar!
Raclette vs Fondue: Apa Bedanya?

Banyak orang mengira Keju dan Fondue itu sama karena keduanya menggunakan keju leleh. Padahal, keduanya berbeda, baik dari cara penyajian maupun jenis keju yang digunakan.
| Aspek | Raclette | Fondue |
|---|---|---|
| Asal | Swiss bagian barat (Valais) | Swiss bagian timur |
| Jenis keju | Raclette cheese (semi-keras) | Campuran Gruyère dan Emmental |
| Cara makan | Keju dilelehkan lalu disiram di atas bahan | Keju dicairkan dalam panci, lalu dicelupkan roti |
| Sarana | Alat pemanas Raclette | Panci fondue dengan lilin atau kompor kecil |
| Suasana | Lebih santai dan interaktif | Lebih formal dan lembut |
Keduanya sama-sama lezat, tapi Raclette lebih menonjolkan rasa gurih dan tekstur creamy-nya yang melapisi bahan lain, sedangkan Fondue lebih cair dan lembut.
Pengalaman Pribadi: Malam Raclette Pertama di Swiss
Aku masih ingat dengan jelas malam pertamaku mencicipi keju di kota Luzern. Saat itu, aku menumpang di rumah seorang teman Swiss bernama Anna. Dia mengajakku untuk “Raclette night,” dan aku awalnya tak tahu apa yang dimaksud.
Begitu masuk ruang makan, aroma keju hangat langsung menyambut. Di meja sudah tersusun berbagai bahan—kentang rebus, acar, potongan jamur, dan beberapa botol anggur putih. Di tengah meja, alat pemanas kuliner ini menyala dengan cahaya kekuningan yang lembut.
Anna dengan sabar menunjukkan caranya: potong selembar keju , taruh di mini pan, lalu masukkan ke alat pemanas. Setelah beberapa menit, kejunya mulai meleleh dan mengeluarkan aroma khas yang menggoda. Saat itu, aku menuangkan lelehan itu ke atas kentang rebus dan ham asap.
Gigitan pertama adalah pengalaman yang sulit dilupakan—campuran antara gurih, lembut, asin, dan sedikit manis dari susu. Sensasinya seolah menyelimuti lidah dengan kehangatan. Di luar salju turun, tapi di dalam ruangan, suasana begitu hangat dan penuh tawa. Sejak malam itu, aku mengerti kenapa keju menjadi simbol kehangatan keluarga di Swiss.
Raclette dalam Budaya Populer
Kini kuliner ini tak lagi terbatas pada meja makan keluarga Swiss. Media sosial, terutama TikTok dan Instagram, menjadikan kuliner ini sebagai fenomena visual. Video lelehan keju yang dituang perlahan ke atas steak atau burger kini viral dengan jutaan penonton.
Restoran di seluruh dunia berlomba menampilkan cheese-pouring show untuk menarik pelanggan. Bahkan, beberapa festival kuliner seperti Fête de la kuliner ini di Swiss dan Cheese Fest UK di Inggris punya area khusus bagi penggemar Raclette untuk menikmati varian keju terbaik dari seluruh Eropa.
Di Jepang, ada tren “Raclette on everything” — keju ini disiram ke atas ramen, sushi roll, atau bahkan takoyaki! Sementara di Korea Selatan, kuliner ini sering jadi topping di restoran BBQ, menciptakan kombinasi unik antara daging panggang dan keju cair.
Manfaat Gizi dan Kandungan Raclette
Meski terkenal sebagai makanan “berat,” kuliner ini sebenarnya mengandung banyak nutrisi jika dikonsumsi dalam jumlah wajar. Dalam 100 gram keju Raclette terdapat:
Protein: sekitar 25 gram
Kalsium: hingga 750 mg
Lemak sehat: 27–30 gram
Vitamin B12 dan D: penting untuk metabolisme dan tulang
Raclette cocok untuk menambah energi, terutama di daerah dingin. Namun karena kandungan lemak dan garamnya tinggi, sebaiknya dikonsumsi tidak berlebihan. Biasanya, satu porsi Raclette standar sekitar 150–200 gram keju per orang—cukup untuk memanjakan lidah tanpa membuat berat badan melonjak.
Baca fakta seputar : Culinary
Baca juga artikel menarik tentang : Kue Kacang Tanah: Camilan Tradisional yang Gurih dan Menggoda Selera 2025





